Jumat, 07 Oktober 2016

PRANATA ADAT KARANG BAJO BAYAN




Masyarakat Adat dari kepembekelan Karang Bajo pada saat ada ritual adat. Masyarakat yang datang pada setiap acara dari berbagai penjuru, sampai lintas kecamatan bahkan lintas Kabupaten, tetapi yang termasuk dalam Kauman Kampu Karang Bajo ini Sampai Desa Malaka Kecamatan Pemenang untuk batas baratnya, gunung rinjani batas selatan, Tal Baluk (Sambelia)  batas timur dan laut jawa sebagai batas utara.

Dalam pembahasan ini hanya pada Kepembekelan Karang Bajo yaitu  Kampung  Karang Bajo, Kegiatan Masyarakat Adat secara umum, Pranata Adatnya, dan Lembaga-Lembaga Adat.

Tempat sebagian besar dari rumah Dinas Pranata Adat Kampu Karang adalah di Kampung Karang Bajo, yaitu Amak Lokak Gantungan Rombong, Kyai Lebe, Amak Lokak Penguban, Pembekel, Amak Lokak Singgan Dalem, Amak Lokak Pande dan Karang Tulis. Semua tanah yang ada di areal Kampung Karang Bajo ini adalah Tanah Gubuk artinya bukan milik perorangan. Semua rumah dinas ini terbuat dari tanah dan batu sebagai lantainya, pagar bambu sebagai pegarnya dan ilalang sebagai atapnya.



Dari rumah dinas Adat yang ada, masih banyak terdapat rumah milik Masyarakat yang ada sekitar Kampu, tetapi tanahnya tetap menjadi tanah gubuk, Masyarakat hanya memiliki rumahnya saja. Jika terjadi sesuatu dengan Masyarakat yang tidak bisa hidup perdampingan dengan Masyarakat lainnya maka rumah itun akan dijual kepada orang berdasarkan persetujuan dari tokoh Masyarakat Karang Bajo. Kontruksi rumah Masyarakat saat ini banyak yang menggunakan bahan yang terbuat dari semen dan batu-bata. Hal ini terjadi karena tidak adanya kekompakan dari pranata dan tokoh Masyarakat pada masa yang lalu, padahal berdasarkan ketentuan yang ada bahwa dalam Kampung Karang Bajo tidak boleh mendirikan rumah dengan konstruksi batu bata disebabkan karena bukan tanah milik pribadi.



 Pranata Adat yang ada pada Kepembelan Karang Bajo yaitu, Amak Lokak Gantungan Rombong, Kyai Lebe, Kyai Santri, Amak Lokak Penguban, Amak Lokak Pande, Amak Lokak Singgan Dalem, Pembekel,  Amak Lokak Walin Gumi, Perumbak Daya, Perumbak Lauk, Penjeleng, Penyunat, Amak Lokak Dasan Anacak, dan Amak Lokak Pelabupati.



1.    Amak Lokak Gantungan Rombong

Amak Lokak Gantungan Rombong ini tinggal di rumah yang ada dalam areal Kampu Karang Bajo, dimana rumah tersebut hanya untuk Pemangku atau pejabat yang sudah diangkat sebagai Amak Lokak Gantungan Rombong. Rumah ini akan selalu menjadi tempat tinggal selama masih menjabat sabagai Pemangku. Pada setiap pergantian Pemangku atau pejabat maka rumah ini harus direhab atau diperbaharui.

Pengangkatan Amak Lokak Gantungan Rombong diangkat berdasarkan garis keturunan dan kesepakatan dari tokoh-tokoh Masyarakat Adat Bayan. Proses pengangkatan dilaksanakan Musyawarah atau Gundem di Berugak Agung yang dihadari oleh tokoh Masyarakat adat dari Bayan Barat, Bayan Timur dan Loloan selama 3 kali yaitu hanya pada hari senin, dimana dalam Gundem itu yang dibahas adalah :

-   Gundem yang pertama, untuk untuk mencari calon
-   Gundem yang kedua, untuk penetapan calon, dan
-   Gundem yang ketiga adalah untuk pengangkatan Amak Lokak Gantungan Rombong

Tugas dari Amak Lokak Gantungan Rombong ini adalah sebagai penunggu kampu, sebagai penyilak atau tuan rumah dalam ritual adat Kampu Karang Bajo, menampung setiap nazar Masyarakat Adat dengan media sirih dan pinang dan menjaga kelestarian adat.

Untuk  pemangku yang menjabat sebagai Amak Lokak Gantungan Rombong akan diberikan lahan tanah sawah yang letaknya di Bangket Uban yang sering disebut dengan Bangket Pecatu. Hasil dari lahan tersebut adalah sebagai sumber penghasilan dari Amak Lokak Gantungan Rombong. Dalam pengolahan lahan tidak langsung dikelola oleh Pemangku atau pejabat, tetapi yang mengelola adalah keluarga Pemangku yang lain yang dibantu oleh Masyarakat adat.

2.    Kyai Lebe

Kyai Lebe merupakan tokoh pemimpin dalam bidang keagamaan yang dibantu oleh Kyai Santri. Kyai Lebe ini memiliki rumah dinas yang letaknya disebelah utara Kampu Karang Bajo. Rumah Kyai Lebe ini memiliki Kampu / pagar tersendiri yang dibangun oleh Masyarakat Adat. Pengangkatan Kyai Lebe ini adalah dari Kyai Santri yang memiliki Kemampuan lebih disbanding Kyai Santri lainnya, berdasarkan persetujuan atau pemilihan oleh para Kyai Adat melalui musyawarah besar tau Gundem di Berugak Agung dan persetujuan dari tokoh-tokoh Adat. Gundem yang dilaksanakan sema pada saat pengangkatan Amak Lokak Gantungan Rombong, yaitu selama 3 kali dan dilaksanakan pada hari senin, dimana pembahasan pada saat Gundem adalah sebagai berikut :

-Gundem yang pertama, untuk untuk mencari calon
-Gundem yang kedua, untuk penetapan calon, dan
-Gundem yang ketiga adalah untuk pengangkatan Kyai Lebe

Kyai Lebe adalah tokoh agama yang tugasnya sebagai pemimpin do,a pada setiap ritual Adat yang ada di Kampu Kampu Karang Bajo dan acara Masyarakat yang dilaksanakan secara Adat. Sebagai suri tauladan bagi para Santrinya, serta memberikan tugas kepada Kyai Santri diwilayahnya masing-asing.

Pada setiap acara yang dipimpin oleh Kyai Lebe akan diberikan imbalan seiklasnya yang disebut dengan Batun Dupa dan diberikan lahan tanah sawah atau dalam bahasa adatnya disebut dengan Pecatu yang letaknya juga di Bangket Uban yaitu disebelah timur Kampu Karang Bajo sebagai sumber penghasilan untuk menghidupi keluarganya.

3.    Kyai Santri

Kyai  Santri adalah tokoh agama yang tugasnya untuk membantu Kyai Lebe. Kyai Santri ini diangkat berdasarkan garis keturunan yang ditempatkan pada setiap perkampungan atau dusun. Kyai Santri tidak memiliki rumah dinas, mereka tinggal di rumahnya masing-masing. Pendapatan Kyai Santri ini juga akan diberikan imbalan pada saat dia memimpin setiap ritual Adat atau acara yang ada di masyarakat sesuai dengan kemampuan dan keikhlasan dari Masyarakat. Kyai santri tidak mendapatkan pecatu seperti Kyai Lebe, karena Kyai Santri hanya bertugas sebagai pembantu dari Kyai Lebe.

4.    Amak Lokak Penguban

Tempat tinggal Amak Lokak Penguban yaitu di rumah dinas yang letaknya di sebelan barat lauk Kampu Karang Bajo. Temapat tinggal untuk setiap pranata ini selalu dibuat oleh Masyarakat adat dan perehapannya. Amak Lokak Penguban ini juga dipilih berdasrakan garis keturunan, Pranata ini tidak melalui Gundem, karena ini berdasarkan garis turun wali, artinya sipa saja yang mau dan mampu mengemban tugas sebagai Amak Lokak Penguban maka dialah yang akan bertugas dan menghuni rumah dinas Amak Lokak Penguban.

Tugas dan fungsi dari Amak Lokak Penguban adalah sebagai Pembawa Payung Agung pada acara ritual Adat dan sebagai pemimpin dalam penebangan Bambu Tutul pada saat acara Maulid Adat. Sebagai sumber penghasilan yang sebenarnya adalah dari pecatu tanah sawah yang ada di Bangket Uban dan tanah matak (lahan kering) di Sinjang Borot Dusun Ancak Timur,  tetapi karena adanya kepentingan pribadi dari para pejabat pemerintah pada masa lalu sehingga tanah pecatu tersebut menjadi hak milik pribadi saat ini. Amak Lokak Penguban saat ini tidak mendapat kontribusi dari tugasnya sebagai Pranata Adat,hanya menjalankan tugas dengan keyakinan untuk melanjutkan tugas dan fungsi dari garis keturunan.

5.    Amak Lokak Pande

Amak Lokak Pande tinggal di rumah dinas yang ada di sebelah utara Kampu Karang Bajo atau sebelah barat laut rumah dinas Kyai Lebe. Diangkat sama seperti Amak Lokak Penguban yaitu tidak melalui Gundem tetapi hanya melalui garis keturunan dan kemampuan saja. Tugas dan fungsi dari Amak Lokak Pande adalah mengatur dan bertanggung jawab atas perkembangan Adat dan jalannnya setiap ritual adat. Dari garis keturunan Pande ini akan selalu menjadi Pejabat Sementara jika terdapat kekosongan dari pranata Adat yang tinggal di Kampung Karang Bajo terkecuali Kyai Adat.

Tanah sawah yang menjadi kontribusi untuk Amak Lokak Pande terletak di Bangket Bayan, Desa Bayan, tetapi status kepemilikan berbeda dengan pranata adat lainnya, dimana pada Amak Lokak Pande ini tanah sawahnya bukan milik dari Masyarakat adat umum tetapi milik pribadi dari garis keturunan Amak Lokak Pandeyang dinamakan pecatu mider, sehingga yang menggarap atau mengelola tanah sawah tersebut adalah orang tinggal atau menjabat sebagai Amak Lokak Pande.

6.    Amak Lokak Singgan Dalem

Rumah dinas Amak Lokak Singgan Dale mini adalah di sebelah barat Kampu Karang Bajo atau sebelah selatan rumah dinas Pembekel. Pengangkatan Amak Lokak Singgan Dalen ini juga sama seperti  Amak Lokak Pande Dan Penguban..Tugas dan fungsinya adalah sebagai penyilak kebeberapa pranata adat yang ada di luar kepembekelan Karang Bajo pada saat ada rirual atau kegiatan adat seperti pada saat pengangkatan pranata adat acara mauled adat dan pada saat Gundem di berugak Agung.Amak Lokak Singgan Dalem ini mendapat kontribusi dari tugasnya yaitu berupa tanah matak (lahan kering yang ada di sebelah utara Dusun Magling,yang ada di Dusun Pelabupati, Desa Karang Bajo. Lahan ini hanya bisa ditanami pada musim hujan karena lahan kering.

7.    Pembekel

Pembekel memiliki rumah dinas yang terletak di sebelah Barat Kampu Karang Bajo, atau sebelah utara rumah dinas Aamak Lokak Singgan Dalem.
Pembekel diangkat melalui Gundem juga di Berugak Agung selama tiga kali yaitu pada hari senin, dimana :

-Gundem yang pertama, untuk untuk mencari calon
-Gundem yang kedua, untuk penetapan calon, dan
-Gundem yang ketiga adalah untuk pengangkatan Pembekel

Tugas dari Pembekel hamper sama dengan tugas Kepala Dusun pada system keperintahan sekarang, yang berbeda adalah pembekel kontribusinya dapat dari pecatu, jumlah Masyarakatnya tidak terdata, batas wilayahnya luas. Pembekel hanya mengurus kehidupan Masyarakat yang hanya ada hubungan dengan Adat. Pecatu atau lahan sawah untuk Pembekel terletak di Kos Abang yang ada di Dusun Sembulan, Desa Bayan. Dari hasil pecatu inilah Pembekel bisa mengidupi atau menafkahi keluarganya.

8.    Amak Lokak Walin Gumi

Amak Lokak Walin inin adalah pranata Karang Bajo yang memiliki rumah dinas diluar Kampung Karang Bajo, yaitu di Trantapan,Dusun Lokok Aur.Proses pengangkatannya tidak melalui Gundem tetapi hanya dilihat dari garis keturunan saja.Tugas dan fungsinya adalah sebagai penunggu dari Gubuk Trantapan, penerima aspirasi dari Masyarakat yang ada di Trantapan untuk kemudian disampaikan pada pranata Adat yang ada di Karang Bajo yaitu Pembekel..Amak Lokak Walin Gumi ini juga memiliki pecatu untuk digarap, yaitu yang terletak di Batu Pulek, Dusun Pelabupati. Tetapi karena ada kepentingan pribadi oleh pejabat pemerintah sebelumnya sehingga lahan yang dijadikan sebagai pecatu tersebut sekarang menjadi milik pribadi.

9.    Perumbak Daya

Rumah dinas Perumbak Daya ini berada di sebelah hutan Adat Bangket Bayan yang terletak di Desa Bayan. Tempat tinggal dari Perumbak Daya ini sangatsepi, karena jauh dari tempat tinggal penduduk.
Proses pengangkatan dilakukan dengan Gundem di Berugak Agung Kampu Karang Bajo, dengan dihadiri oleh tokoh Masyarakat dari Bayan Barat, Bayan Timur, dan Loloan. Dalam Gundem tersebut dilaksanakan selama 3 kali pada hari senin, dimana :

-Gundem yang pertama, untuk untuk mencari calon
-Gundem yang kedua, untuk penetapan calon, dan
-Gundem yang ketiga adalah untuk pengangkatan Perumbak Daya

Tugas Perumbak daya adalah menjaga kelestarian hutan dari tangan orang yang tidak bertanggung jawab, menjaga mata air sebagai sumber penghidupan petani dan untuk kebutuhan rumah tangga. Jika terdapat orang yang menebang kayu di Hutan adat maka dia yang akan menangkap untuk diserahkan ke Pembekel Karang Bajo yang nantinya disidang melalui Gundem di Berugak Agung
.
10.    Perumbak Lauk

Perumbak Lauk adalah pranata adat Karang Bajo yang memiliki rumah dinas di Loang Godek, Desa Loloan Kec. Bayan. Tempat tinggal Perumbak Lauk ini tidak sama sepinya dengan tempat tinggal Perumbak Daya, karena berada disebelah perkampungan Masyarakat Loang Godek.Proses pengakatan Perumbak Lauk sama seperti pengangkatan Perumbak Daya dan pranata adat lainnya yaitu melalui Gundem di Berugak Agung,seperti :

-Gundem yang pertama, untuk untuk mencari calon
-Gundem yang kedua, untuk penetapan calon, dan
-Gundem yang ketiga adalah untuk pengangkatan Perumbak Lauk
dari orang-orang yang menangkap ikan dengan cara yang tidak baik seperti dengan menggunakan Bom. Orang yang ketahuan melakukan pelanggaran di Laut Jawa akan disidang di Berugak Agung untuk diberikan Sanksi Adat
.
11.    Penjeleng

Penjelang merupakan salah satu pranata Adat yang memiliki rumah dinas di sebelah barat daya rumah dinas Penguban. Tugasnya adalah sebagai pembuat Minyak Blonyo pada saat ritual adat Gawe Alip.
Gundem yang pertama, untuk untuk mencari calon Penjeleng diangkat melalui gendem di Berugak Agung selama tiga kali, yaitu :

-Gundem yang pertama, untuk untuk mencari calon
-Gundem yang kedua, untuk penetapan calon, dan
-Gundem yang ketiga adalah untuk pengangkatan Penjeleng

Penjeleng memiliki pecatu atau lahan tanah sawah yang terletak di Dusun Pelabupati berupa tanah matak atau lahan kering.

12.    Penyunat

Penyunat memiliki rumah dinas yang ada di sebelah timur rumah dinas dari Kyai Lebe. Tugasnya adalah sebagai pemotong ujung penis laki-laki pada saat kitan. Gundem yang pertama, untuk untuk mencari calon Penyunat diangkat melalui gendem di Berugak Agung selama tiga kali, yaitu :

-Gundem yang pertama, untuk untuk mencari calon
-Gundem yang kedua, untuk penetapan calon, dan
-Gundem yang ketiga adalah untuk pengangkatan Penjeleng

Penyunat memiliki pecatu atau lahan tanah sawah yang terletak di Dusun Sembulan, Pok Lendong,  Desa Bayan.

13.    Amak Lokak Dasan Ancak

Amak Lokak Dasan Ancak ini memiliki rumah dinas di Dasan Ancak, Dusun Karang Bajo. Tugasnya adalah menerima aspirasi dari setiap Masyarkat yang ada di Kawasan Dasan Ancak untuk di sampaikan kepada pranata Adat yang ada di Kampu Karang Bajo yaitu Pembekel.Amak Lokak Dasan Ancak di angkat tidak melalui Gundem, tetapi hanya melalui garis keturunan saja. Lahan yang digarap adalah lahan tanah matak (lahan kering) yang terletak di Dusun Pelabupati.

14.    Amak Lokak Pelabupati

Amak Lokak Pelabupati ini juga memiliki rumah dinas diluar Kampng Karang Bajo, yaitu di Dusun Pelabupati. Tugasnya adalah menerima aspirasi dari Masyarakat adat yang ada di Pelabupati untuk disampaikan kepada Pembekel yang ada di Karang Bajo.Proses pengangkatannya juga sama seperti Amak Lokak Pelabupati tidak melalui Gundem, hanya berdasarkan garis keturunan. Lahan yang dikelola adalah lahan tanak matak yang terletak di Dusun Pelabupati.

Rabu, 07 September 2016

PAKAIAN TRADISIONAL BAYAN LOMBOK UTARA



PAKAIAN TRADISIONAL BAYAN LOMBOK UTARA

Pakaian tradisional merupakan salah satu identitas suatu daerah yang membedakan prilaku budaya di suatu tempat dengan tempat lainnya. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki pakaian tradisional yang menjadi identitas masing masing daerah dengan keunikannya, demikian pula halnya dengan masarakat suku sasak yang ada wilayah Bayan Kabupaten Lombok Utara,Provensi Nusa Tenggara Barat .

Pakaian khas masyarakat tradisional Bayan Kabupaten Lombok Utara disebut dengan nama Tenun Bayan yaitu kain tenun hasih buah karya masyakat setempat yang disebut kain sesekan. Tenun Bayan ini terdiri dari beberapa jenis kain sesekan/tenun,antara lain sebagai berikut:

1-Londong Abang yaitu kain tenun dengan warna dasar merah muda dengan ornament garis berwarna hitam dan kuning. Kain jenis ini biasa dipakai oleh Kiayai Adat Bayan dan wanita-wanita Bayan yang berasal dari golongan bangsawan dan keturunan Kiyai Adat Bayan.

2-Kereng Pisak adalah kain tenun yang dibuat dengan bahan dasar bernang berwarna putih dengan ornament hiasa berupa garis lurus yang dibuat dari benang berwarna putih keabu-abuan. Kain ini biasanya digunakan oleh golongan Kiyai Pengulu, Kiyai Lebe, Kiyai Ketib dan Kiyai Mudim.

3-Rejasa yaitu kain panjang yang ditenun khusus untuk para Kiyai dengan warna dasar merah kecoklat-coklatan dengan ornament garis berwarna putih abu-abu. Rejasa biasa digunakan sebagai ikat pinggang oleh pranata adat Bayan, baik laki-laki ataupun perempuan.

4-Sapuk yaitu kain berwarna putih dan kain yang dibuat dengan berbagai bentuk ornament hiasa batik khas Lombok. Sapuk berwarna putih khusus digunakan oleh Kiyai Adat sedangkan Sapuk yang bercorak batik digunakan sebagai ikat kepala oleh seluruh warga Bayan dan umumnya digunakan oleh seluruh masyarakat Lombok pada saat pelaksanaan tradisi-tradisi adat sasak Bayan.

5-Jong yaitu kain tenun yang dibuat berupa sebuah topi panjang. Jong merupakan topi panjang yang terbuat dari ahan dasar benang tenun berwarna merah dengan ragam hias berbebentuk belah ketupat berwarna putih, kuning, dan hijau. Jong merupakan pakaian penutup kepala yang khusus dipakai oleh paranata adat wanita Bayan yang biasanya berasal dari golongan bangsawan dan golongan kiyai. Jong biasanya digunakan pada saat dilaksanakannya tradisi Maulid Adat dan Lebaran Adat pada masyarakat Bayan.

6-Sampur Rujak Belimbing yaitu kain tenun berupa selendang yang terbuat dari bahan benang dengan warna dasar kuning dengan ornament garis hias berwarna merah muda, ping dan merah kecoklat-coklatan. Sampur Rujak Belimbing ini biasa digunakan oleh wanita Bayan yang berasal dari golongan bangsawan dan keturunan golongan kiyai. Kain selendang ini biasanya digunakan pada saat dilaksanakannya tradisi Maulid Adat dan Lebaran Adat pada masyarakat Bayan dan pelaksanaan Gawe Adat Gama.

7-Lipaq adalah kain tenun yang dibuat dengan warna dasar jingga/ping tanpa ada garis hias sebagai ornamennya dan adapula yang dibuat dengan warna dasar kuning tanpa ornament hiasa. Lipaq difungsikan sebagai selendang oleh pranata adat wanita Bayan, terutama pada saat dilaksanakannya tradisi-tradisi adat Bayan.

8-Kombong Abang adalah kain tenun yang dibuat dari bahan dasar benang berwarna merah muda dengan ornament hiasa garis lurus yang terbuat dari benang berwarna abu-abu dan merah kecoklat-coklatan. Masyarakat Bayan biasa menggunakan Kombong Abang sebagai kelengkapan pakaian tradisionalnya, yaitu digunakan sebagai ikat pinggang.

9-Poleng Ragi Dayu adalah kain tenun yang dibuat dari benang berwarna dasar kuning dengan ornament hiasa berbentuk kotak-kotak berwarna kelabu, merah muda, kuning kehijau-hijauan dan merah kehitam-hitaman. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.

10-Songket Poleng adalah kain songket yang dibuat dengan benang tenun berwarna dasar merah muda dengan ornament hiasa berupa kotak-kotak berwarna merah kehitam-hitaman dan dalam beberapa kotak terdapat ragam hias berbentuk punden berundak lima yang terbuat dari benang berwana putih. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.

11-Ragi Rajek adalah kain tenun yang dibuat dari benang dengan warna dasar merah kehitam-hitaman dengan ornament hias berupa garis lurus yang terbuat dari benang berwarna biru, putih, dan merah muda yang membentuk kotak-kotak. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.

12-Kesial Kuning adalah kain tenun yang dibuat dengan benang berwarna dasar kuning dengan ragam hiasa garis lurus membentuk kotak-kotak berwarna ungu dan piolet. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.

13-Rujak Berune adalah kain tenun yang terbuat dari benang berwarna dasar merah maron dengan ragam hias berupa garis lurus berwarna putih. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.





Inilah gambaran singkat dari beberapa jenis kain tenun yang dijadikan sebagai pakaian tradisional oleh masyarakat Suku Sasak Bayan dalam kehidupan social budayanya.Pakaian tradisional Bayan masih tetap digunakan hingga sekarang,terutama pada saat pelaksanaan tradisi-tradisi adat dan Gawe Adat Gama.Untuk pakaian adat kaum perempuan Bayan digunakan adalah Jong sebagai penutup kepala, Londong Abang sebagai kain, Rejasa sebagai ikat pinggang dan Sampur Rujak Belimbing sebagai selendang-nya.




Sedangkan Pakaian adat Bayan untuk kaum pria menggunakan Sapuk sebagai ikat kepala, Londong Abang sebagai kain, Rejasa sebagai ikat pinggangnya dan Kombong Abang sebagai selendangnya. Khusus untuk Kiyai Kagungan, mereka menggunakan Sapuk Putek sebagai ikat kepala, Kereng Pisak sebagai kain, Rejasa sebagai ikat pinggang dan Kombong Abang sebagai selendangnya.





Komonitas Penenun Bayan sampai sekarang masih tetap aktif memperoduksi kain tenun Bayan yang terdiri dari beberapa jenis kain untuk kepentingan masyarakat dan untuk tujuan komersil.

Sabtu, 03 September 2016

PAWANG MENDALA-BAYAN LOMBOK UTARA





PAWANG MENDALA- BAYAN LOMBOK UTARA

Kata Mendala berasal dari dua suku kata yaitu Ma dan Bendala. Ma berarti pemberian, dan Bendala berarti tempat menyimpan sesuatu (sejenis peti). Dan bila dua kata itu digabung menjadi satu kata yaitu Mendala yang berarti pemberian dari Tuhan.

Hutan Mendala yang didalamnya memiliki beberapa sumber mata air merupakan hutan tutupan adat yang artinya dilindungi secara adat dengan awiq-awiq. Luasnya tidak besar. Dan berdasarkan hasil pengukuran yg dilakukan dinas kehutanan pada tahun 2012 lalu, luasnya hanya 1359 m2, atau 0.13 ha.

Hutan Mandala diyakini masyarakat Bayan sebagai tempat sakral, karena di salah satu bagian terdapat Mesjid Bakeq atau mesjidnya para jin. Sumber mata air yang ada di Mandala diyakini mempunyai hubungan lagnsung dengan air yang berada di Danau Segara Anak Gunung Rinjani.

Gunung Rinjani merupakan jatung kehidupan masyarakat di Pulau Lombok, karena seperti diketahui, 90 % mata Air yang berada di Pulau Lombok itu terdapat di hutan kawasan Gunung Rinjani. Jadi air dari Gunung Rinjani ini menjadi sumber kehidupan di Pulau Lombok.



Keberadaan Hutan Mandala kaya dengan nilai-nilai luhur budaya. Salah satunya adalah konsep “Pemalik” yaitu ketika seseorang hendak masuk ke hutan secara sembarangan,akan mendapat musibah atau gangguan di kemudian hari. Dan apabila hutan Mandala dirusak serta kayunya ditebang, maka perusak tersebut diwajibkan membayar denda adat yang harus dipenuhi.

Tampak di bawah rimbunnya pohon, air bening mengalir menuju persawahan seluas 600 hektare, serta melintasi Karang Bajo, Desa Bayan, dan Loloan.

Daun-daun merah berguguran, menghampar bak karpet menutupi bantaran. Kami duduk di batu di bantaran yang dipenuhi vegetasi seraya menyimak penjelasan pemandu, dan menyaksikan anak-anak bermandi dengan riang di sungai berair dingin itu, sementara sebagian lain bermain sembari membelah biji kenari tak jauh dari kami.



Kejernihan, sumber mata air Mandala boleh dikatakan paling juara se-NTB. Hal ini tidak terlepas peran warga setempat dalam menjaga sumber mata air. Pemangku (pengelola) menegakkan awiq-awiq(aturan lokal) bila terjadi pelanggaran oleh warga dalam menjaga dan melestarikan mata air. Ada dua ketentuan awiq-awiq yang berlaku di hutan adat (pawang). Pertama, setiap orang dilarang menebang pohon tanpa seizin pemangku. Kedua, setiap orang dilarang merambah dan membakar hutan adat. Pelanggar awiq-awiq dapat dikenakan denda seekor kambing, uang Rp 10.000, dan beras satu gantang (setara 3,125 kg).



Mata air Mandala adalah berkah bagi warga Desa Bayan. Ketika musim hujan debit air akan tinggi, ketika musim kering debit air tetap. Ritual adat saat musim panen tiba kerap dilakukan di hutan tempat mata air mengalir.

Selain mata air, warga setempat juga melestarikan bangunan. Salah satunya, Masjid Bayan Beleq, tertua di Desa Bayan. Kompleks masjid dan pemakaman menjadi satu berbatas pagar tembok berlumut. Kami menuruni tangga batu untuk melihat masjid berfondasi dari batu alam, berdinding bambu, beratap rumbia, serta bersisian dengan areal sawah ini. Sayang, setibanya di halaman masjid, penjaga melarang kami masuk. Oh, rupanya sedang dilangsungkan upacara pernikahan.
Tak lama, pemangku adat Desa Bayan, Rd. Kedarif, datang menemui kami. Pria yang biasa dipanggil Mamik ini mulai menceritakan sejarah masjid yang dibangun sejak abad ke-17 oleh Datuk Bayan, sang Raja Bayan sebelum agama Islam masuk desa ini.



“Bukan hanya masjid, bekas kerajaan Bayan pun masih ada di Bayan Timur. Pembawa Islam ke Bayan dari Wali Songo,” jelas Mamik seraya menerangkan betapa unik peleburan nuansa Islami dan budaya Jawa dari sang wali. “Sebagian warga asli Bayan masih mengucapkan dua kalimat syahadat menggunakan bahasa Jawa kuno, atau melafalkan doa berbahasa Arab bercampur bahasa Jawa Kuno.”

Beberapa ritual keagamaan masih dipegang teguh umat di sini. Salah satunya, maulid adat, yang dilakukan setiap tahun pada Rabiul Awal. Ritual ini melibatkan keseluruhan warga adat Wet Bayan dan berpusat di Mesjid Kuno Bayan Beleq.

Rumah-rumah adat tradisional pun tidak luput dari upaya pemeliharaan dan pelestarian oleh warga Desa Bayan. Biasanya rumah-rumah panggung yang disebut kampu ini menjadi hunian bagi para tokoh pranata adat setempat, seperti kiyai, lebe, pemangku, pembeker, dan melokak (tetua). Jadi tidak sembarang orang bisa masuk, kecuali dalam acara-acara tertentu dan mendapat izin dari pemangku atau melokak-nya.

MITOLOGI PAWANG MANDALA

Dikisahkan pada satu ketika Mandala mengambil selendang bidadari yang sedang mandi di salah satu sumber mata air sehingga membuat sang bidadari tidak dapat kembali (terbang) ke istana langit,Kemudian muncul Sang Mandala yang telah menyembunyikan selendang tersebut dan menawarkan jika sang bidadari mau diperistri, maka selendang tersebut akan dikembalikan. Akhirnya dengan sedikit putus asa Sang Bidadari memenuhi tawaran tersebut dan ternyata ia juga menaruh hati kepada sang Mandala, Mereka kemudian menjadi pasangan suami istri sampai mempunyai keturunan.

Wujud syukur masyarakat terhadap kelestarian hutan dan melimpahnya ketersediaan air yang ada di hutan mandala, pada setiap tahunnya diadakan selamatan Mata Air atau Roah Pengembulan dihadiri oleh seluruh petani pemakai air, dan secara sukarela mereka membawa masing-masing satu ekor ayam dan bahkan kerbaupun kadang di bawa untuk disemblih di mata air dan sebagai hidangan untuk dinikmati bersama-sama sampai acara selamatan itu ditutup oleh kiayi dengan do’a sebagai rasa syukur kehadirat Allah Swt.

Tradisi Dan cerita Rakyat tersebut menjadi landasan sejarah bagi hutan adat mendala. Dan satu tempat yang hingga kini dikelola dan dilestarikan sesuai konsep adat maupun hukum adat yang berlaku, baik terhadap mendala sebagai hutan tutupan adat yang harus selalu dijaga kelestariannya maupun mendala sebagai sumber mata air yang jika hutanya lestari maka air dapat terus mengalir ke sawah-sawah petani atau dimanfaatkan sebagai air minum perpipaan untuk desa-desa tetangga.

Adapun beberapa sumber mata air yang ada di hutan adat Mandala adalah Lokoq Jawa, Nama ini berkaitan dengan sejarah penyebaran agama Islam di Bayan. Di hutan ini konon pernah beristirahat seorang mubalig (salah satu murid Wali Songo). Untuk mengenang tempat tersebut, maka salah satu sumber mata air yang ada di Hutan Mendala di beri nama Lokoq Jawa yang menunjukan asal mubaliq tersebut.


Tidak jauh dari hutan Mendala juga ada satu tempat yang diberi nama Ampel Duri yang menguatkan cerita, bahwa salah satu mubalig yang menyebarkan syiar Islam tersebut adalah murid dari sunan Ampel.

Sumber mata air lainnya yang di Mandala adalah Mata Air Boro’ Tioq. Mata air Baro’ tioq atau baru muncul ini kelihatan sejak 15 tahun terakhir ini. Dan sumber mata air ini sekaligus menambah debet air di hutan adat mandala. Tidak jauh dari tempat ini terdapat lokasi selamat olor. Selamat olor sendiri adalah acara yang dilaksanakan setahun sekali sebagai wujud syukur masyarakat atas melimpahnya debit air yang mengalir kesawah sawah petani.

Air yang keluar dari mata air di hutan Mandala ini mengairi 112 Ha sawah di Desa Bayan dan menjadi sumber air bersih bagi sedikitnya 390 keluarga di Bayan dan 1.826 keluarga di 3 desa lain si sekitarnya yaitu Loloan, Karang Bajo dan desa Anyar.

Rabu, 31 Agustus 2016

TARI GEGEROK TANDAK -LOLOAN BAYAN





TARI GEGEROK- TANDAK LOLOAN BAYAN


Tari Gegerok Tandak pada dasarnya berasal dari kata Barung dan Tandak. Barung artinya bareng atau bersama, sedangkan Tandak artinya metandang atau menari. Jadi Gegerok Tandak merupakan tarian yang dilakukan secara bersama.

Tarian Gegerok Tandak ini diartikan sebagai hiburan dengan perumpamaan binatang, karena sifat manusia yang selalu mengusik atau menggaggu merupakan sifat dari binatang, bukan sifat asli manusia. Perumpamaan binatang ini diambil dari jenis :
a. Babi identik dengan kata-kata MM
b. Burung Gagak dengan kata-kata Nyuk-nyuk
c. Kera dengan kata UUUU..



Tari Gegerok Tandak merupakan jenis tarian yang pertama kali ada dalam wilayah Bayan, tanpa menggunakan alat musik. Gegerok Tandak ini diperkirakan terbentuk sejak adanya islam di Bayan, hal ini disimpulkan dari fungsi Tarian Gegerok itu sendiri yang hanya digunakan untuk Ritual hitanan (sunatan).



Orang pertama kali yang memainkan adalah orang dari garis keturunan Loloan Kecamatan Bayan,Kabupaten Lombok Utara , dan orang tersebut tidak diketahui nama lengkap dan tahun berapa kejadiannya. Berdasarkan keterangan yang memiliki garis keturunan tersebut adalah Amaq Nursawi, yang diketahui kakek dari Nitralip , dan diperkirakan hidup sekitar 1,5 abad yang lalu.




Alasan dibuatnya tarian Gegerok Tandak adalah untuk mensukseskan prosesi kitanan. Dimana setiap orang yang melaksanakan qhitanan selalu mengundang keluarga besar dan para tetangga dan sahabat. Banyaknya orang yang hadir terkadang membuat prosesi qhitanan sedikit terganggu, hal ini disebabkan keinginan para keluarga melihat langsung acara tersebut, sehingga berdesakan. Faktor inilah yang menjadi alasan Tarian Gegerok ini dibuat ungtuk mengelilingi setiap prosesi inti supaya tidak terganggu oleh masyarakat banyak atau keluarga yang hadir.



Tarian Gegerok hanya digunakan pada saat ritual hitanan secara adat, dimana acara hitanan dengan malakukan prosesi majang. Majang merupakan menghiasi berugak dengan menggunakan kain oleh para pranata adat.Waktu dimainkan selain majang yaitu saat hitanan dan melusut. Melusut yaitu membuka kembali kain yang digunakan untuk menghiasi berugak. Jadi selama prosesi hitanan dimainkan selama 3 kali.

Pantun merupakan salah satu bentuk atau cara yang dianggap memiliki nilai seni dalam bahasa untuk menyampaikan niat kita kepada seseorang, baik niat yang sifatnya memberi nasehat, sindiran dan lain-lain.

 Dalam istilah lokal, pantun disebut dengan “Onceq”. Jenis pantun yang digunakan bebas, bisa berupa nasehat atau lain sebagainya tergantung dari tujuan para peserta Gegerok Tandak itu sendiri.
Yang terlibat dalam tarian Gegerok Tandak ini adalah orang laki-laki yang ikut dalam acara qhitanan, yang menjadi paling inti adalah orang sebagai memimpinnya yang paling depan harus dari garis keturunan Gegerok Tandak (garis keturunan Loloan), sementara lainnya bebas.
Jumlah personil minimal 4 orang, maksimalnya sebanyak –banyaknya. Jumlah minimal tersebut, 1 orang sebagai pemimpin dan 3 orang lainnya sebagai pengiring. Jumlah maksimal yang dimaksud sebanyak-banyaknya adalah orang yang paling belakang sebagai peserta jangan sampai bertemu dengan pemimpinnya untuk mengelilingi berugak yang dipajang, jumlahnya sekitar 25 orang yang paling banyak.


Ada dua bagian proses dan tugas yang dilakukan dalam gegerok tandak, yaitu sebagai lawas dan Onceq.

a. Lawas, merupakan orang sebagai pemimpin dalam barisan. Tugasnya adalah sebagai pembuka tarian dengan menggunakan tembang dan juga mengatur barisan para peserta lainnya yang terkait dengan arah dan langkah.
b. Onceq, merupakan orang yang melawas atau mengungkapkan pantun secara bergantian. Hal ini dilakukan oleh siapa saja yang ikut dalam Tarian Gegerok tersbut, baik yang sebagai pemimpin maupun pesertanya.

Filosofinya Gegerok Tandak yaitu rasa kegotong royongan, berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing. Hal ini dibuktikan dengan berisan yang tidak boleh terputus, selalu berdekatan. Orang yang selalu berdekatan ini menunjukan kita tidak boleh putus hubungan silaturrahmi antar sesama, sehingga setiap beban yang dirasakan oleh orang lain kita harus bisa membantu sesuai dengan kemampuan. Begitu juga dengan kebahagiaan yang kita rasakan harus bisa dinikamti bersama.

Minggu, 28 Agustus 2016

DASAN BELEQ ,DESA GUMANTAR




,DASAN BELEQ ,DESA GUMANTAR

Gumantar adalah salah satu desa dari delapan desa yang ada di wilayah Kecamatan Kayangan Kabupaten  Lombok   Utara.Hingga    sekarang, desa ini banyak meninggalkan beberapa situs sejarah yang penuh dengan nuansa adat istiadatnya, terutama yang berpusat di Dusun Dasan Beleq.

Secara sosiokultural, masyarakat adat Dasan Beleq berkaitan erat dengan ajaran Islam. Hal ini bisa dilihat dari situs budaya yang ada, terus hidup dan berkembang sejalan dengan ritme kehidupan masyarakat setempat.


Pusat aspek keagamaan terdapat di dusun Gumantar, dimana Mesjid Kuno yang ada sekarang adalah dibangun oleh para wali dan ulama’ penyebar agama Islam terdahulu, sedangkan pusat Pemerintahannya kala itu terdapat di Dusun Dasan Beleq ini.

Situs–situs sejarah peninggalan para wali penyebar agama Islam yang tedapat di Dusun Dasan Beleq ini.Para penyebar agama Islam yang pertama kali datang ke tempat itu (Dasan Beleq), Penyebar agama Islam ini, bernama Mak Beleq dan Kendi (menyerupai Kendi) turun dari Gunung Rinjani, yang dikemudian hari, dalam perjalanan sejarah, setelah berkuasa dan menyebarkan agama Islam di daerah Bayan, Mak Beleq dikenal dengan sebutan Datu Bayan.Sedangkan temannya yang bernama Kendi tadi, kala itu,tetap tinggal dan menyebarkan agama Islam di daerah Dasan Beleq dan sekitarnya.


Diceritakan, sebelum sampai ke Dasan Beleq, para penyebar ajaran Islam (Mak Beleq dan Kendi) ini berhenti dulu di Pawang Semboya, untuk melihat sekeliling utara lereng gunung Rinjani, kearah mana nantinya tujuannya yang pertama dalam menyebarkan ajaran Islam yang dibawanya. Setelah mantap keteguhan hatinya, maka dipilihlah suatu daerah sebagai tujuannya yang pertama dalam menyebarkan ajaran Islam. Daerah tersebut, sekarang dikenal dengan nama Dusun Dasan Beleq. Karena yang pertama kali datang ditempat itu bernama Mak Beleq, sebelum melanjutkan penyebarannya ke daerah Bayan.

Kemudian, situs peninggalan sejarah yang lain di Dusun Dasan Beleq ini adalah Bale Adat yang berada di Pawang Gedeng/Pawang Adat, sekitar 400 meter kearah selatan Gubuq Dasan Beleq sekarang.


Bale adat yang berada ditengah Pawang Gedeng/Pawang Adat ini, terbuat dari anyaman pohon bambu. Mulai dari atap hingga pagarnya semuanya terbuat dari bambu. Disamping Bale Adat ini, sekitar 5 meter disebelah barat laut dari Bale Adat tersebut, didirikan ‘Berugak Agung’ saka enam, sebagai tempat persinggahan para tetua adat sebelum melaksanakan upacara ritual adat di Bale Adat tersebut. Selain sebagai tempat persinggahan para tetua adat sebelum melaksanakan upacara ritualnya, maka Berugak Agung ini, digunakan pula sebagai tempat mempersiapkan sesaji dan segala bentuk hidangan makanan yang disajikan dalam wadah yang disebut dulang, yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat adat yang hadir dalam upacara adat, usai melakukan upacara ritual di Bale Adat tersebut.


Nuansa adat di sebuah dusun tradisional yang jauh dari bisingnya kehidupan masyarakat modern ini, masih kental dengan tradisi-tradisi wetu telu, berurat berakar dikalangan sebagian masyarakat Dayan Gunung, yang masih kuat memegang tradisi tersebut.

Senin, 15 Agustus 2016

SAPUK DAN JONG BAYAN



SAPUK DAN JONG BAYAN

Busana adat Bayan dilengkapi oleh  ikat kepala bagi laki laki yang disebut "Sapuk"  dan  ikat kepala bagi perempuan yang dikenal dengan sebutan “Jong”. Sapuk dan Jong dalam masyarakat adat Bayan pada umumnya, digunakan pada saat ada ritual adat tertentu dan ditempat tertentu juga.

Penggunaan Jong Bayan yang di pakai oleh kaum perempuan digunakan pada saat acara sareat maulid adat yang ketika menumbuk padi di rantok besar yang terbuat dari kayu seperti sampan. Pada ritual acara maulid adat ini  kaum perempuan yang berada di kampu Karang Bajo, kampu Bayan Timur, kampu Bayan Barat dan kampu Loloan. Kecamatan Bayan Lombok Utara harus menggunakan jong yang dibuat  khusus secara tradisional yang dikenal dengan nyesek.

Jong Bayan ini ada yang berwanara merah dan ada juga yang berwana  biru, tergantung selera warna masing masing pemakai.  Jong ini hanya ber ukuran 50 cm yang bentuknya segi tiga lancip, dengan suku cadangnya dapat di peroleh di beberapa pengerajin nyesek ( setuk Jajak Bilang Bale)  di Bayan dengan hargan terjangkau untuk umum.

Penggunaan sapuk atau jong , berbeda-beda tergantung pada saat ritual adat yang dilaksanakan. Secara umum, sapuk digunakan dengan ikatan  di bagian depan kepala (kening) yang biasa digunakan  pada acara gawe urip ( hidup ). Ikatan sapuk hanya bisa digunakan pada bagian belakang pada saat gawe pati ( ritual kematian ), sementara diluar ritual tersebut ikatannnya harus di depan seperti Nyongkolang, kecuali para Pemangku dan Kyai.



Sapuk atau ikat kepala ini memiliki banyak jenis. Dan jenis yang digunakan itu tergantung dari posisi atau jabatan pemakainya dalam pranata adat.

Sapuk berwarna biru  digunakan oleh Mak Lokaq Perumbaq yaitu, Perumbaq Daya, Perumbaq Tengaq (Maq Lokaq Gantungan Rombong), dan Perumbaq Lauk. Warna biru ini diyakini oleh masyarakat adat sesuai dengan warna langit, yang bisa mengayomi setiap makhluk hidup di bumi. Sehingga perumbaq ini diharapkan bisa memberikan pengayoman kepada masyarakat adat dan lingkungannya, baik di daerah hutan, masyarakat adat maupun untuk perairan atau laut.
Sementara sapuk berwarna putih  digunakan oleh para Kyai Adat dan Pemangku, yaitu


KyaiPenghulu, Kiyai Lebe dan Kiyai Santri. Sedangkan untuk amak Lokaq adalah:  Amaq Lokaq Pande, Amaq Lokaq Singgan Dalem, Amaq Lokaq Walin Gumi, Amaq Lokaq Dasan Ancak, Amaq Lokaq Pelabupati, Amaq Lokaq Telaga Banyak, Amaq Lokaq Telaga Bageq, Amaq Lokaq Senaru, dan Amaq Lokaq Loang Godek.



Kiyai Penghulu, Kiyai Lebed dan Kiyai santri merupakan tokoh agama, dan pemangku yang lainnya adalah tokoh adat yang tugasnya memberikan pencerahan kepada masyarakat adat umum. Sapuk yang berwarna putih ini menunjukan kesucian dan kebersihan hati dari para Kyai dan pemangku sebagai tokoh dan suritauladan bagi masyarkat adat.

Sapuk batik  warna warni ini di gunakan oleh masyarakat adat secara  umum. Ada juga pejabat adat yang menggunakan sapuk batik ini, seperti Pembekel yang ada di setiap komunitas masyarakat adat. Sapuk batik yang memiliki banyak warna ini juga memiliki  banyak arti bagi masyarakat adat Bayan yaitu kehidupan yang bermacam-macam, baik dari pekerjaan maupun garis keturunan adatnya.

Sabtu, 13 Agustus 2016

SATE IKAN TANJUNG LOMBOK UTARA




SATE IKAN TANJUNG LOMBOK UTARA

Selain terkenal dengan wisata Gili ,Air Terjun dan tempat wisata lainnya yang indah, Pulau Lombok juga menawarkan berbagai kuliner yang wajib untuk dicicipi. yaitu Sate Ikan Tanjung yang merupakan makanan khas Desa Tanjung,Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara,Provensi Nusa Tenggara Barat.

Makanan yang satu ini tergolong unik karena biasanya sate terbuat dari daging sapi, kambing, atau ayam. Namun sate yang satu ini justru menggunakan bahan dasar ikan.Sate ini merupakan makanan yang disajikan pada acara keagamaan maupun hajatan perkawinan. Tetapi seiring dengan kelezatan dari Sate Ikan Tanjung, sehingga membuat makanan yang satu ini menjadi kuliner yang bisa dinikmati sehari -harinya. Bahkan sampai akhirnya pemerintah setempat menjadikan Sate Ikan Tanjung sebagai makanan khas Lombok Utara.



Wisatawan domestik maupun asing yang berlibur ke lombok sangatlah menyukai menu kuliner yang satu ini. Karena keindahan alam di lombok ditambah lezatnya Sate Ikan Tanjung ini membuat mereka betah berlama – lama tinggal di Lombok. Bahkan konon ceritanya Rasa khas Sate Ikan Tanjung ini hanya dapat diperoleh dari masyarakat Tanjung asli. Para masyarakat lokal memiliki racikan khusus yang menghasilkan cita rasa yang berbeda. Dan itulah salah satu alasannya mengapa, jika para penelusur membeli dan mencicipi Sate Ikan Tanjung di luar daerah maka rasanya akan sangat jauh berbeda dengan yang ada di tempat asalnya.

Sate Ikan Tanjung sendiri biasanya bahan dasarnya berasal dari ikan Cakalang atau ikan Langoan. Dan disaat ikan cakalang sedang susah dijumpai di pasaran, maka yang akan dipakai adalah ikan langoan. Dan begitu juga sebaliknya. Namun ada lagi bahan yang dipakai selain ikan cakalang dan ikan langoan, namanya ikan marlin. Berat untuk seekor ikan marlin sendiri bisa mencapai hingga 50 kilogram. Dan untuk harga ikan marlin kurang lebih Rp 800.000.



Jika para penelusur ingin menikmati Sate Ikan Tanjung ini, maka nggak perlu khawatir karena sangat mudah mendapatkannya. Para penjual Sate Ikan Tanjung biasanya berjajar di pinggir jalan sekitar pasar Tanjung atau sekitar Terminal Tanjung. Untuk masalah harga sih para penelusur nggak perlu risau karena harganya sangatlah terjangkau sekali. Harga per tusuknya hanya Rp. 500. Namun jika ingin memesan satu porsi, maka para penelusur hanya perlu merogoh kocek Rp. 10.000 saja.

Penjual Sate Ikan Tanjung biasanya menggelar dagangan mlai jam 14.00 hingga 21.00 waktu setempat. Jika ingin merasakan betapa lezat dan gurihnya Sate Ikan Tanjung langsung di daerah asalnya, maka langsung saja para penelusur menuju ke Lombok Utara yang dapat ditempuh dengan waktu 1 jam perjalanan..



Sate Ikan Tanjung sangatlah nikmat pada saat masih dalam keadaan panas bersama lontong atau nasi. Rasa gurih dari daging dan santan serta pedas dari rempah-rempah sangat terasa. Campuran rempah-rempah dan ikan yang dibakar ini membuat badan akan terasa bugar, hangat dan berkeringat. Maka tak mengherankan jika banyak wisatawan yang ketagihan untuk lagi dan lagi mencicipi Sate Ikan Tanjung ini.

Jika para penelusur ingin membuat Sate Ikan Tanjung dirumah, maka para penelusur nggak perlu khawatir karena kita akan memberi tau bahan dan cara membuat Sate Ikan Tanjung khusus untuk para penelusur.



Untuk Bahan – bahannya :

Siapkan cabe rawit kurang lebih 10 butir
Cabe Merah Kering kurang lebih 7 butir
Bawang Putih kurang lebih 5 siung
Lengkuas seruas jari
Jahe ½ dari jumlah lengkuas
Kemiri 6 butir
Irisan Kulit Jeruk Purut (secukupnya)
Gula 1 Sdm
Garam 1 sdt
Kecap manis 5 sdm
Santan pati 75 ml
Ikan laut ½ Kg (ikan cakalang/ ikan langoan/ ikan marlin)
Tusuk sate







Untuk Cara Membuatnya :

Bersihkan ikan lalu potong menjadi beberapa bagian dengan bentuk persegi panjang

Kemudian haluskan cabe rawit, cabe merah, garam, bawang putih, lengkuas, jahe, dan kemiri

Setelah itu campurkan ikan, santan pati dengan bumbu yang sudah dihaluskan dan tambahkan irisan kulit jeruk purut. Diamkan beberapa saat sampai bumbu meresap (3 – 4 jam)

Dan setelah kurang lebih 3 – 4 jam , tusuklah ikan dengan menggunakan tusuk sate lalu bakar diatas bara api sampai matang dan sajikan