Minggu, 31 Juli 2016

Lalu Husnul Yaqien Juniansyah




KAIN TENUN KHAS BAYAN LOMBOK ( hub: 082340169272 /pesan sekarang )

Kain tenun juga dapat dijadikan tolak ukur keberagaman masyarakat yang mendiami pulau seribu masjid ini. Beragam corak kain tenun dibuat oleh komunitas penenun di Bayan misalnya, seperti songket, ikat dan londong abang (kain merah) menggambarkan adanya keaneka ragaman lapisan dan golongan masyarakat yang tinggal di Bayan, Kecamatan Bayan, Lombok Utara.




Di komunitas adat Bayan, kain tenun dengan corak tertentu wajib dimiliki oleh warga masyarakat adat, karena biasanya kain tenunan seperti Londong abang, digunakan ketika menghadiri acara ritual adat seperti maulidan, lebaran dan ngaji makam.




Membuat kain tenun cukuplah rumit dan sulit. Semua proses pembuatannya menggunakan peralatan kayu dan bambu yang dioperasikan secara manual atau dengan tangan. Waktu pengerjaannya bisa sampai dua minggu. Dalam proses ini walau mungkin sama dengan yang terdapat di tempat-tempat lain, namun yang membedakan antara tenunan Bayan dengan tenunan luar Bayan adalah setiap corak yang dibuat menggambarkan pemakainya berasal dari gubuq atau kampung tertentu di Kecamatan Bayan.



Tenunan Bayan dibuat bukan hanya memperhatikan coraknya saja, akan tetapi kekontrasan warna juga disesuaikan dengan warna kulit pemakainya. Untuk mendapatkan kain tenun Bayan sebaiknya memesan terlebih dahulu. Penenun biasanya mencocokkan corak maupun kekontrasan warnanya dengan keinginan si pemesan. Pemesan kain tenun dijamin puas akan hasil pesanan lainnya ini.




“ Selain corak, cara memakai pakaian adat komunitas Bayan juga bisa dikatakan unik, karena lengkap dengan kombinasi kain yang harus digunakan mulai dari Jong (penutup kepala), Lipaq (Kemben penutup dada), Poleng (kain yang dipaki paling bawah), dan yang terakhir Sampur yang berguna sebagai penutup lengan kiri, kesuluran pakain adat ini mulai dari Jong hingga yang terakhir Sapur digunkan khusus untuk kaum perempuan.



“ Sedangkan khusus untuk laki-laki yang pertama yakni Sapuk (pengikat kepala), kemudian yang kedua Dodot Rejasa (kain yang digunakan sebagai penutup lengan kiri) biasanya kainnya berwarna hitam dengan corak putih, serta yang terakhir adalah Londong Abang (yang digunakan sebagai kain paling bawah). Semua warna dan corak kain yang digunakan memilki makna sesuai dengan ritual adat yang sedang di ikuti atau berlangsung. Satu contoh ketika ritual adat yang di ikuti adalah ritual adat gawe Urip (gawe hidup) biasanya menggunakan corak yang berwarna-warni (poleng), sedangkan untuk ritual adat gawe Pati (gawe mati) biasanya menggunakan warna merah atau abang yang dikombinasikan dengan warna hitam dan biasanya disebut Londong Abang dan Rejasa.




Tapi yang paling penting disini adalah Jong Bayan yang digunakan sebagai penutup kepala, karena merupakan ciri khas cara berpakaian masyarakat komunitas adat Bayan sekaligus sebagai ikon yang secara langsung mewakili makna dari seluruh pakaian adat yang digunanakan ketika melakukan ritual adat.



Terkait soal prospek kedepan yang dapat diandalkan dari kain tenun komunitas adat Bayan khusunya untuk menjadi salah satu asset KLU memang memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan terlebih jika di kombinasikan dengan keberadaan obyek wisata yang ada di kawasan tersebut, seperti Air terjun, rumah tradisonal (adat) hingga taman wisata Gunung Rinjani

Minggu, 24 Juli 2016

PISOLO DAN PEMBAYUN / ADAT PERKAWINAN SASAK



BEWACAN

Bewacan adalah bentuk kegiatan yang dilakukan oleh pembayun dalam suatu perkawinan ketika berlangsung adat sorong serah. adat Sasak. Bewacan biasa terjadi apabila kedua belah pihak antara keluarga mempelai laki dengan mempelai wanita sudah ada perjanjian untuk bewacan. Jadi dari pihak laki menyiapkan pembayun dan demikian pula dari pihak perempuan harus menyiapkan pembayun.

Pada acara bewacan ada beberapa hal yang harus diketahui oleh setiap orang Sasak yakni sebagai berikut.

PISOLO :

Pisolo adalah utusan Pembayun Penyorong ( dari pihak mempelai laki ) yang ditugaskan untuk menanyakan kesiapan olem-oleman, pesila’an, yang empunya gawe ( pihak mempelai perempuan ), apakah sudah siap untuk menerima kedatangsan Pembayun Penyorong memasuki lace-lace adat untuk menyerahkan Aji Krame Suci Lambang Adat . PISOLO hendaknya berpakaian adat rapi dan harus menguasai bahasa yang dipergunakan dalam menyolo.

Banyak PISOLO disesuaikan dengan aji karma adat yang akan diserahkan, yakni :

a. Ajikrama 33 : penyolonya 2 orang, maksimal 3 orang
b. Ajikrama 66 : penyolonya 3 orang maksimal 5 orang
c. Ajikrama 100 : penyolonya 5 0rang maksimal tidak terbatas.

PENGURANG, adalah utusan Pembayun Penampi ( pihak perempuan ) yang ditugaskan untuk mempersilakan Pembayun Penyorong dan pengiringnya ( penyorong ) untuk masuk ke lace-lace adat. ( Istilah Pengurang ini dipakai khusus di wilayah Pujut ). Pengurang setelah mempersilahkan Pembayun Penyorong, harus bersama-sama memasuki lace-lace adat dengan pembayun penyorong.


Aksame ( ucap-ucapan ) PISOLO :

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Singgih sewauh dewek titiang puniki hangangsawung salam seugami sne wawuh tinujon ring wong Muslimin lan wong Muslimat. Sane malingih, malungguh ring penantaran jembar puniki . Purun malih dewek titiang puniki hangangsung salam panembrame ring sanehan datu, raden, menak, buling, perwangse, triwangse- wangsa same pare kiyaim lebe, penghulu pendite, hatib, bilal, merebot same. Dane haji pare haji, pare santri, santri kabeh, permance-mance negare, malinggih malungguh, ring penayuhan agung puniki. Sawireh onteng pribadi titiang puniki, jage need nurgehe make miwah kang nyaranging titiang puniki ring kiwe, ring tengen, muah ring untat titiang puniki, senamian jage titiang puniki ngelungsur penurgahe, moga mogi ketampi mekadi atur dewek titiang puniki sane wauh -------------------------------------------------daweg---------------------------------------------------



Dijawab oleh Pembayun Penampi sebagai berikut :
Singihdan seterusnya-

AKSAME 1


PEMBAYUNAN PENYORONG

Petama-tama ngelungsur

Assalamu Alaikum Warohmatullohi wa Barokatuh

Singgih jero pengarse’ng wecane minangke kebaos pembayun penampi,tur malih ye’n menawi wenten kepale dese memangke kebaos sesepuh Adat.Pare pengelingsir-pengelingsir dise,datu,raden,me’nak baling.perwangse,triwangse,wangse-wangse same’,kiyai lebe’,penghulu pandite,khatib bilal merbot same’,dane’ haji para haji,para santri-santri kabe’h,permance-mance Negara,malinggih-mlungguh hanaring penayuban Agung puniki,sewauh ketampi pengangsung salam seagame kang tinujon ring wong muslimin,wong muslimat sane’magenah ring penegarayan puniki,purun malih onteng dewek titiang puniki hangangsung salam penembrame sedulur mekadi adat sasak kang utame,sewire’h de’we’k titiang puniki jage’ nedenurgehe,make miwah kang nyarengin de’we’k titiang puniki,ring kiwo,ring tengen, make ring untat de’we’k titiang puniki,senami’an jage’ titiang puniki ngelungsur penurgahe, moga magi ketampi mekadi atur de’we’k titiang puniki sanek wauh.
-------------------------------------------------d a w e g--------------------------------------------

\Kemudian dijawab pembayun penampi sbb:

Siggih jero pembayun -pengandike-pengandike regehingandike sane’ wauh kodal ,kalintang mabecik,kalintang mabagus patut kaliwating patut,pantes kaliwating pantes,sedidih tenane engge’ne sisip,sekecap tanane engge’ne siwah.

Kaping utame:salam seagame sampun kesauran paksi.-kaping kalih salam panembrame utawi salam adat sedulur mekadi adat istiadat sasak kang pinunju.sampun keluargehe utawi sampun titiang tampi.semalih huge kang hangiring nyarengin ragehingandike sampun ketampi tuting ring kiwe,ring tangen,make miwah ring pungkur ragehingandike.Hanging mangkin minangke dados penuwun de’we’k titiang puniki ring regehinangandike,moga-mogi regehingandike swe’ca/kaide’n kodaling pengartike, minangke penge’garing serire sanehan olem-oleman,pesila’an,make miwah undangan same’,turmalih sake’hingkang hanenonton ring upecare adat sasak kang utame puniki.
---------------------------------------------d a w e g---------------------------------------------

Kemudian dijawab oleh PEMBAYUN PENYORONG sbb:

Allhamdulillah wasyukurillah-ye’n sampun ketanpi salam panembrame utawi salam adat sedulur mekadi adapt sasak kang utame puniki.semalih ye’n keido’n utawi swe’ce ragehingandike hamirenge atur titiang puniki . minangka tembang penge’garing sarire,salam mukadimah ring upacare adapt puniki.Hanging sedurung titiang puniki ngaturang penge’ garing serire puniki ,nuhun agung-agung pengampure ye’n wenten atur titiang kirang sebade ring kahayun ragehingandike same’.
----------------------------nede agung singampure----------------------------



TEMBANG DANG-DANG GENDIS

SALAM SEMBAH LIWAT TEMBANG DANG-DANG GENDIS-PEMULUNE’ SALAM MUKA DIMAH SANG UPECARE ADAT RUKE-SORONG SERAH AJI KRAME LUHUR-LABANGIPUN ADAT SASAK SEJATI-TE’TE’ SANE’-PEMBAN SEKAWAN -RATU BAYAN SELAPARANG PEJANGGIK PUJUT-MILANE’ ADAT SENUNGGAL-KANG KEPENCAR-DADOS GALUH HEKELING TANG BESE LOMBOK PUNIKE.

Alan-alan -Agung-agung sinampure ring sanehan datu,raden,me’nak buling,perwangse,triwangse,wangse-wangse same’ ,ye’n menawi wanten kiyai lebe’,penghulu,pendite, khatib bilal,merbot same’,dane’ haji para haji ,para santrie-santrie kabe’h,permance-mance negare ,melinggih-melungguh hanaring penayubang Agung puniki.kiwe kaleganing tengen ,ayun tumeke’ng pungkur,istri kakung lanang wadon ,hulanjar ,lan perawan.sane’h onang kahatur de’we’k titiang punik.Hanging aksame titiang punuki kalintang nambet antuk jugul muden titiang,during -titiang tatas ring base saji sedase ,sewiji de’we’k titiang puniki durung mauruh adat dise-sedise ,dasan muah pedasanan .

Singgih -ye’n menawi wenten iwang lempir anering titiang puniki ,titi tindak tanduk pakering titiang puniki nede agung-agung sinampure sepisan jangkeping seketi,mangdene’ titiang puniki tan kewecane nure mauruh tertib tapsile. Hulayat lan jatmike,gumerojok tan peradaban,nyurak gade tanpe kare, ngadu pake ngangge’ sewenang-wenang bade’ hupedek ring arse ragehingandike same’_ _singgig_ _wantah sampun niki atur titiang puniki,,minang ke salam mukadimah kaping utame ring upacare adat puniki,moga-mogi ragehingandike swe’ce hanimbal atur titiang sane’ wauh.d a w ---------------------------------------------------daweg----------------------------------------------



AKSAME 2

PEMBAYUN PENAMPI

TEMBANG S I N O M

PUJI SYUKUR ALLHAMDULILLAH -WIKE’H TITIANG HANEMUJI NUWUN MARING ALLAH KUASE TAN LIAN KANG PINUJI -TAN LIAN DADOS SESAMBELIN IA MOGA-MOGI BAMANGGIH RAHAYU-TAN KENE’NG DIA NENG-TULAK-KADOHAN DINING BILAHI-MANGGIH SELAMET RING DUNIE TEKE’NG AKHERAt

Sewauh-hangrungu pengartikene’tetamie agung sane’ wauh rauh ,tuhu mabecik ,tuhu mabagus ,sedidih nurene sisip,sekecap nurene siwah,manis luir pendah kadi gule darwe.yan karungu saking kadohan luir pendah kadi sundari ketiup pawane.tatas ring sake’hing bahase.tuhu haggawe adat,trasne hangemban karye agung,patut dadi rerantuman wong sanegare .Tije...tije sulak saweneruhing rupe tan weruhing kekasih,dowe’he’ titiang candet penugrahe ragehingandike melebe’ng hanaring penantaran puniki.hanging mare tembe’ mangkin titiang kalawan ragehingandike kecatre’ng tingal,nembung rerasan hanaring penegarayan puniki.

Hiku -mangdane’ titiang puniki, saking awit matur agung –agung pengampure ring ragehingandike ,make miwah kang nyarangiring kiwe ,ring tengen ,ring pungkur regehingendike.ye’n menawi wenten sisip lempir titi tindak tanduktur malih atur titiang lumiring ragehingandike nembung rerasan ,sepisan malih nede agung sinampure sepisan jangkeping seketi,mangdene’ tan kewecane nure mauruh tertib tapsile, adapt-istiadat,hulayat lan jatmike, nganggom polah sewenang-wenang bade’ hanampi karauhan ragehingandike same’.
Singgih-wantah sampun niki atur de’we’k titiang puniki minangke dados penambung wecane regehingandike kaping utame ,dawek sepisan malih regehingandike medaling pengartike

Jumat, 22 Juli 2016

RITUAL NGAJI MAKAM /NGAJI GUBUK DI BAYAN




RITUAL NGAJI MAKAM/NGAJI GUBUK DI BAYAN

Ngaji Makam / Ngaji Gubuk di Bayan adalah sebuah prosesi adat yang di lakukan sekali dalam satu tahun, di rumah Penunggu dalam mulai dari Kampu Bayan Timur, Kampu Bayan Barat, Kampu Kiyai Penghulu/Bayan, Kampu Karang Salah/Bayan, Kampu Pembekel Loloan/Loloan, Kampu Kiyai Lebe Karang Bajo dan Kampu mak lokak Gantungan Rombong Karang Bajo.



Wilayah adat Bayan dalam melaksanakan ritual adatnya terbagi menjadi 4 kepembeklan, mulai dari Pembekel Belek Bayan Timur Desa Bayan, Pembekel Belek Bayan Barat/Desa Bayan, Pembekel belek Loloan/Desa Loloan dan Pembekel Belek Karang Bajo/Desa Karang Bajo, sedangkan wilayah kerjanya dalam sejarah dulunya sebelah timur sampai tal baluk yaitu di Desa Obel Obel Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur dan batas baratnya di Desa malaka Kecamatan Pemenang Barat Kabupaten Lombok Utara,




Tujuan Ritual Ngaji Makam/ Ngaji gubuk itu di laksanakan oleh para penunggu bersama jama’ah adat adalah agar masyarakat adat bisa melakukan proses acara mengkurisan atau hitanan di rumahnya masing-masing, contoh kalau masyarakat adat wet kepembekelan Karang Bajo mau mengadakan acara ngurisan/ cukur rambut anaknya sebelum proses ngaji gubuk maka acara ngurisan tidak bisa dilaksankan atau di tunda menunggu di laksanakannya ngaji gubuk.




Proses acara ngaji makam/ ngaji gubuk di laksanakan ada yang dalam waktu yang bersamaan dan ada yang waktunya berbeda tergantung persiapan dari penunggu Rumah dalam kampu, biasanya pada bulan Rajab, banyak hal yang di persiapkan sebelum acara ngaji makam mulai dari tersdianya kambing, ayam, Kayu bakar, Kelapa, beras, sayur sayuran dan bumbu bumbuannya.




Sebelum Penentuan waktunya di lakukan acara ngaji makam / ngaji gubuk terlebih dahulu penunggu mencari diwasa/ hari bagus, biasanya acar itu di mulai dari hari kamis pra acara dan hari jum’at puncak acaranya, karena sebelum acara ngaji gubuk terlebih dahulu penunggu rumah dalam kampu itu member tahukan kepada warga di wilayah kembekelannya sebulan waktunya agar siap siap, sehingga begitu tiba waktunya masyarakat adat tersebut berkumpul masing masing membawa perlengkapan tergangung najarnya.




Masyarakat adat yang pulang untuk mengikuti acara ngaji makam ini dengan membawa najar berpariasi artinya orang tersebut dulu pernah berniat Jika dirinya atau keluarganya sembuh dari penyakit tertentu maka dia akan membawa satu ekor kambing ke gubuk Kampu Karang Bajo pada acara ngaji gubuk, maka dia akan dating ke kampu itu dengan membawa kambing. Ada juga yang pulang untuk melakukan acara ngaji gubuk untuk minta petanggah/ artinya dia tidak bisa menyiapkan najarnya pada waktu itu dia minta di tangguhkan ke acara ngaji gubuk tahun depan.




Persiapan yang dilakukan pada hari kamis sore itu adalah para penunggu melakukan acar menyilak ke Kiyai Lebe atau kiyai santri dan ke Pembekel dan tokoh adat agar dia tidak berpegian pada hari jum’atnya, setelah itu para penunggu melakukan proses mengosap atau jiarah ke makam yang ada di dekat Masjid kuno dengan membawa sembek ( sekapur sirih ) dan air minum,




Sedangkan acara pada pagi hari jum’atnya mulai dari mengundang kiyai lebe untuk memotong hewan najar sperti kerbau, kambing dan ayam. Setelah itu para jama’ah adat melakukan proses memasak baik laki laki maupun perempuan di rumah penunggu dengan menggunakan bahan lokal. Setelah bahan makanan sudah siap saji, maka para toak loak berkumpul di berugak agung untuk melakukan acara puncak yaitu periapan yang di pimpin oleh kiyai lebe atau kiyai santri.




Sebelum acara periapan di mulai maka semua orang yang telah membayar najar itu berkumpul untuk mebawa sampak ( Nare yang terbuat dari kayu yang berisi makanan dan sayur yang di tutup memakai tembolak ) setelah semua sudah siap masing masing orang yang berniat membayar najar menyebutkan niatnya satu persatu artinya najarnya sudah lunas.




Setelah selesai mesilak oleh penunggu baru kiyai membakar kemenyan di lanjutkan dengan pembacaan ayat ayat suci al-quran dan do’a yang di pimpin oleh kiyai lebe, setelah selesai do’a baru acara makan di mulai. Acara terakhir adalah salam salaman dan proses menyembek yang di lakukan oleh penunggu kepada semua jama’ah adat yang hadir pada saat itu artinya acara ngaji makam/ ngaji gubuk sudah selesai.

Kamis, 21 Juli 2016

PAKAIAN ADAT BAYAN LOMBOK UTARA



 


PAKAIAN ADAT BAYAN LOMBOK UTARA

Pakaian tradisional merupakan salah satu identitas suatu daerah yang membedakan prilaku budaya di suatu tempat dengan tempat lainnya. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki pakaian tradisional yang menjadi identitas masing masing daerah dengan keunikannya, demikian pula halnya dengan masarakat suku sasak yang ada wilayah Bayan Kabupaten Lombok Utara,Provensi Nusa Tenggara Barat .

Pakaian khas masyarakat tradisional Bayan Kabupaten Lombok Utara disebut dengan nama Tenun Bayan yaitu kain tenun hasih buah karya masyakat setempat yang disebut kain sesekan. Tenun Bayan ini terdiri dari beberapa jenis kain sesekan/tenun,antara lain sebagai berikut:

1-Londong Abang yaitu kain tenun dengan warna dasar merah muda dengan ornament garis berwarna hitam dan kuning. Kain jenis ini biasa dipakai oleh Kiayai Adat Bayan dan wanita-wanita Bayan yang berasal dari golongan bangsawan dan keturunan Kiyai Adat Bayan.

2-Kereng Pisak adalah kain tenun yang dibuat dengan bahan dasar bernang berwarna putih dengan ornament hiasa berupa garis lurus yang dibuat dari benang berwarna putih keabu-abuan. Kain ini biasanya digunakan oleh golongan Kiyai Pengulu, Kiyai Lebe, Kiyai Ketib dan Kiyai Mudim.

3-Rejasa yaitu kain panjang yang ditenun khusus untuk para Kiyai dengan warna dasar merah kecoklat-coklatan dengan ornament garis berwarna putih abu-abu. Rejasa biasa digunakan sebagai ikat pinggang oleh pranata adat Bayan, baik laki-laki ataupun perempuan.

4-Sapuk yaitu kain berwarna putih dan kain yang dibuat dengan berbagai bentuk ornament hiasa batik khas Lombok. Sapuk berwarna putih khusus digunakan oleh Kiyai Adat sedangkan Sapuk yang bercorak batik digunakan sebagai ikat kepala oleh seluruh warga Bayan dan umumnya digunakan oleh seluruh masyarakat Lombok pada saat pelaksanaan tradisi-tradisi adat sasak Bayan.

5-Jong yaitu kain tenun yang dibuat berupa sebuah topi panjang. Jong merupakan topi panjang yang terbuat dari ahan dasar benang tenun berwarna merah dengan ragam hias berbebentuk belah ketupat berwarna putih, kuning, dan hijau. Jong merupakan pakaian penutup kepala yang khusus dipakai oleh paranata adat wanita Bayan yang biasanya berasal dari golongan bangsawan dan golongan kiyai. Jong biasanya digunakan pada saat dilaksanakannya tradisi Maulid Adat dan Lebaran Adat pada masyarakat Bayan.

6-Sampur Rujak Belimbing yaitu kain tenun berupa selendang yang terbuat dari bahan benang dengan warna dasar kuning dengan ornament garis hias berwarna merah muda, ping dan merah kecoklat-coklatan. Sampur Rujak Belimbing ini biasa digunakan oleh wanita Bayan yang berasal dari golongan bangsawan dan keturunan golongan kiyai. Kain selendang ini biasanya digunakan pada saat dilaksanakannya tradisi Maulid Adat dan Lebaran Adat pada masyarakat Bayan dan pelaksanaan Gawe Adat Gama.

7-Lipaq adalah kain tenun yang dibuat dengan warna dasar jingga/ping tanpa ada garis hias sebagai ornamennya dan adapula yang dibuat dengan warna dasar kuning tanpa ornament hiasa. Lipaq difungsikan sebagai selendang oleh pranata adat wanita Bayan, terutama pada saat dilaksanakannya tradisi-tradisi adat Bayan.

8-Kombong Abang adalah kain tenun yang dibuat dari bahan dasar benang berwarna merah muda dengan ornament hiasa garis lurus yang terbuat dari benang berwarna abu-abu dan merah kecoklat-coklatan. Masyarakat Bayan biasa menggunakan Kombong Abang sebagai kelengkapan pakaian tradisionalnya, yaitu digunakan sebagai ikat pinggang.

9-Poleng Ragi Dayu adalah kain tenun yang dibuat dari benang berwarna dasar kuning dengan ornament hiasa berbentuk kotak-kotak berwarna kelabu, merah muda, kuning kehijau-hijauan dan merah kehitam-hitaman. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.

10-Songket Poleng adalah kain songket yang dibuat dengan benang tenun berwarna dasar merah muda dengan ornament hiasa berupa kotak-kotak berwarna merah kehitam-hitaman dan dalam beberapa kotak terdapat ragam hias berbentuk punden berundak lima yang terbuat dari benang berwana putih. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.

11-Ragi Rajek adalah kain tenun yang dibuat dari benang dengan warna dasar merah kehitam-hitaman dengan ornament hias berupa garis lurus yang terbuat dari benang berwarna biru, putih, dan merah muda yang membentuk kotak-kotak. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.

12-Kesial Kuning adalah kain tenun yang dibuat dengan benang berwarna dasar kuning dengan ragam hiasa garis lurus membentuk kotak-kotak berwarna ungu dan piolet. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.

13-Rujak Berune adalah kain tenun yang terbuat dari benang berwarna dasar merah maron dengan ragam hias berupa garis lurus berwarna putih. Jenis kain ini bisa dipakai oleh siapapun.





Inilah gambaran singkat dari beberapa jenis kain tenun yang dijadikan sebagai pakaian tradisional oleh masyarakat Suku Sasak Bayan dalam kehidupan social budayanya.Pakaian tradisional Bayan masih tetap digunakan hingga sekarang,terutama pada saat pelaksanaan tradisi-tradisi adat dan Gawe Adat Gama.Untuk pakaian adat kaum perempuan Bayan digunakan adalah Jong sebagai penutup kepala, Londong Abang sebagai kain, Rejasa sebagai ikat pinggang dan Sampur Rujak Belimbing sebagai selendang-nya.

Sedangkan Pakaian adat Bayan untuk kaum pria menggunakan Sapuk sebagai ikat kepala, Londong Abang sebagai kain, Rejasa sebagai ikat pinggangnya dan Kombong Abang sebagai selendangnya. Khusus untuk Kiyai Kagungan, mereka menggunakan Sapuk Putek sebagai ikat kepala, Kereng Pisak sebagai kain, Rejasa sebagai ikat pinggang dan Kombong Abang sebagai selendangnya.

Komonitas Penenun Bayan sampai sekarang masih tetap aktif memperoduksi kain tenun Bayan yang terdiri dari beberapa jenis kain untuk kepentingan masyarakat dan untuk tujuan komersil.