Rabu, 08 Juni 2016
MAULID ADAT SEMOKAN BAYAN
MAULID ADAT SEMOKAN BAYAN
Masyarakat dusun adat semokan Desa Sukadana Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara saat ini mengadakan ritual adat maulid adat.Acara ini tergolong masih sakral jauh dari segala hal yang berbau modern.
Desa semokan merupakan salah satu dusun terpencil yang terletak di desa Sukadana Kecamatan Bayan Lombok Utara. Seperti kita ketahui bahwa Bayan merupakan pusat tradisi kebudayaan kuno di Pulau Lombok. Diantara semua tradisi yang paling menonjol kita dengar adalah Maulid Adat. dalam prosesi adat di Semokan dilakukan betul-betul berbeda dengan prosesi adat yang dilakukan di tempat lain.
Setiap warga atau masyarakat yang datang ke Semokan harus mematuhi peraturan-peraturan yang sudah ditentukan oleh para pemangku adat. Aturan-aturan yang dibuat harus diikuti dan ditaati oleh setiap warga adat dan pengunjung. Metode ini dilakukan agar tidak ada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena maulid adat di Desa Semokan ini masih dibilang sakral dan jauh dari sifat modernisasi.
Setiap orang yang datang baik warga dan pengunjung diwajibkan menggunakan pakaian adat, yang laki-laki harus menggunakan kain songket, dan sapuk. para wanita diibaratkan seperti bidadari tanpa menggunakan baju, namun menggunakan stagen untuk mengikat kain dan penutup bagian dada dan dilengkapi dengan selendang sebagai pelengkap. sebagai bentuk kesakralan dusun semokan, setiap laki-laki dan wanita yang datang tidak diperbolehkan menggunakan celana atau celana dalam bentuk apapun selain songket serta tidak di perbolehkan untuk memakai sandal.
Setelah semua persiapan dilakukan oleh pengunjung yang datang dari luar baik itu untuk liputan atau hanya sekedar menyaksikan, harus melakukan beberapa perosesi ritual untuk dapat mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir. ritual pertama yang dilakukan oleh pengunjung dari luar desa adalah besuci "bebersin" yaitu bersuci dengan cara berkumur, mencuci muka dan kaki di sumur menggunakan cedok tempurung kelapa, "sumur pembersih" ada disungai jalan masuk meuju kampu atau rumah adat. setelah bersuci, barulah di lanjutkan ritual kedua yaitu" bsembeq" memberikan tanda di dahi pengunjung atau warga adat dengan menggunakan pamak yang berwarna merah.
Dalam ritual menyembeq ini pengunjung harus melalui tiga tahapan, yaitu melewati tiga rumah adat dan didalam tiga rumah itu ada tiga kepala keluarga yang akan kita lewati agar pengunjung luar bisa mengikuti rangkaian acara adat yang sudah di tetapkan. kepala keluarga itulah yang nantinya akan memberikan sembeq kepada orang luar yang ingin menyaksikaan maulid adat tersebut. setelah kita di sembek oleh tiga pemangku rumah adat, maka dengan itu kita sudah diberikan izin untuk menyaksikan atau meliput kegiatan adat tersebut. sebelum pada tahap penyembeqan maka dalam tiga rumah adat itu memiliki pemangku yang berbeda-beda,
Setelah kita mendapat restu dari tiga pemangku rumah adat itu, maka kita sudah termasuk dalam adat tersebut dan wajib hukumnya kita mematuhi peraturan yang berlaku. adapun hal yang paling dilarang dalam perosesi adat itu iyalah berjualan, karena apabila ada salah seorang yang kedapatan berjualan maka hukumnya adalah denda satu ekor kerbau. aturan itu melarang berdagang karena menurut kepercayaan mereka, kita adalah sama tidak ada bupati, gubernur dan bahkan presiden sekalipun. apabila dia memasuki wilayah adat yang disebut dengan kampu maka ia harus mentaati aturan yang sudah berlaku.
Adat atau tradisi yang ada di Semokan Desa Sukadana ini masih tergolong di sakralkan dan akan terus dilestarikan itulah sebabnya diadakan peraturan hingga membatasi pengunjung dalam mendokumentasikan kegiatan, meliput, merekam bahkan mencari informasi yang dalam mngenai adat setempat untuk dijadikan konsumsi publik. tujuan mereka adalah agar budaya adat yang ada disana tidak ada campur tangan orang luar yang bisa mengakibatkan adat tersebut hancur.
Ketika semua perosesi Sembean pengunjung direstui oleh pemangku, maka barulah kita bisa ikut menyaksikan perosesi adat. ada banyak sekali perosesi ritual adat yang ada pada acara maulid adat ini namun orang-orang adat yang ada disana sangat membatasi informasi untuk setiap pengunjung dan bahkan menyorot kamera bahkan alat perekam yang dibawa oleh orang luar. dalam pengambilan gambarpun kita dibatasi sekitar empat atau lima foto, tanpa menggunakan flash dimalam hari karena dihawatirkan dapat merusak konsentarasi saat menjalani perosesi adat.
Ada beberapa desa juga mengadakan acara Maulid Adat di kecamatan bayan pada hari yang sama diantaranya adalah Semokan, Anyar, Senaru, karang bajo dan desa Bayan. karena menurut kepercayaan wargga setempat bahwa semua desa tersebut merupakan satu kesatuan wilayah adat yang dikenal dengan Masyarakat adat Bayan.
Dalam memiliki informasi mengenai adat, ada beberapa hal yang dapat kami rubrik. mengenai semua rangkaian upacara adat di Semokan. diataranya adalah sebagai berikut;
"Kampu" merupakan sebuah rumah adat yang yakini sebagai area atau tempat pertama kali di diami atau ditinggali oleh suku sasak islam di desa bayan. dirumah adat itulah warga adat menyerahkan hasil panen dan ternaknya yang disertakan dengan nazarnya. warga adat menyerrahkan semua hasil panennya kepada inan mniq.
"Inan meniq" yaitu salah seorang permpuan yang di percaya untuk menerima dan mengolah hidangan yang disajikan kepada para kiyai, penghulu dan tokoh adat saat hari puncak perayaan maulid adat.
Setelah semua itu dilaksanakan barulah warga adat bahu membahu membersihkan tempat gendang atau gerantung (alat musik tradisional, gong) yang akan disambut oleh sebagiaan kelompok adat. Setibanya gendang gerantung pada tempat yang disediakan. gong gerantung yang dimainkan akan dimainkan secara terus- menerus tampa henti, karena apabila gong berhenti semua warga adat yang datang di areal rumah adat itu harus pulang, karena konon kalau gong itu berhenti akan ada terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. acara ritual dilanjutkan dengan selamatan penyambutan dan serah terima dengan ngaturan lekes buak (sirih dan pinang) sebagai tanda taikan mulud atau Rangkaian Maulid Adat di mulai. sekitar pukul 15.30 Wita. Waktu itu dinamakan dengan "Gugur Kembang Waru".
Ketika pukul 02.00 Wita semua peraja mulud berkumpul dihalaman masjid kuno diadakan upacara perisaian yang umumnya kita lihat, namun di Semokan ini tata cara perisaian dan waktunyapun beda pada dari yang pernah kita lihat. alat perisai yang digunakan berbentuk bulat seperti perisai jaman dahulu dan dilengkapi rotan sebagai pemukul pada umumnya. namun yang sangat menganjal adalah kenapa perisaian diadakan tengah malam.dan rata-rata yang kita lihat semua yang pernah mengikuti pertandingan perisaian itu senang dengan luka memar ditubuhnya tanpa merasa dendam atau menimbulkan pertikaian setelahnya. acara berlanjut sampai pagi.
Paginya acara dilanjutkan dengan bersih-bersih dan setelah kira-kira pukul 14.00 baru dilanjutkan dengan acara "Bisoq Meniq" acara ini dilakukan oleh para wanita yang sedang dalam keadaan suci (tidak haid). saat melakukan ritual bisok meniq ini disepanjang jalan berpantangan untuk berbicara atau berbisik-bisik, tidak boleh menoleh dan mematahkan barisan. Setelah beras dicuci barulah dimasak menjadi nasi. Disaat yang bersamaan laki-laki memotong hewan kurban 60 ekor kambing dan dua ekor kerbau sebagai lauk pada hidangan malam terakhir.
Acara puncak dari semua rangkaian kegiatan dilaksanakan pada hari rabu pukul 03.00 Wita dini hari. warga yang berbondong-bondong untuk bisa ikut pada ritual terakhir itu sampai rela datang dari jam 20.00 malam agar tidak ketinggalan saat acara puncak berlangsung. acara terakhir adalah acara yang paling disakralkan oleh warga masyarakat adat karena menurut kepercayaan masyarakat pada saat pembagian hidangan mulud disitulah Wong Skabeh dipanggil untuk ikut merayakan pesta adat tersebut.
Pada saat malam puncaknya tiba, barulah semua orang yang tidur dihalaman kampu dibangunkan, selang beberapa menit setelah bangun. orang-orang yang ada disana di perintahkan untuk duduk tanpa terkecuali. barulah dilanjutkan dengan pembagian Ancak atau hidangan makan untuk semua orang yang hadir.
"Ancak"yaitu tempat yang di rancang dan dibentuk sedemikian rupa untuk dulang atau hidangan makanan, bentuknya persegi empat yang tebuat dari bambu yang diulat. daun pisang untuk melapisi nasi agar tidak cepat dingin dan pada atas hidangan terlihat tali yang menyila dari sudut kesudut ancak persegi empat.
Setelah semua Ancak dibagikan rata ke setiap pengunjung, barulah dimulai perosesi doa, ini merupakan acara yang paling sakral karena semua makhluk dihadirkan untuk bisa ikut berdoa. semua orang merasakan angin kencang sembari menunggu doa dipanjatkan. pada saat do'a dimulai suara Amin Menggema tanpa kita tahu darimana arah semua suara itu. Hembusan Angin Yang melingkar disekitaran hutan mengelilingi rumah adat menandakan bahwa semuua makhluk itu hadir.
Ini memang terlihat aneh tapi nyata, oleh sebab itulah kita dibatasi didalam menggali informasi lebih jauh dan mendokumentasikan gambar sebanyak-banyaknya sesuka kita sebagai orang luar yang menyaksikan adat tersebut. karena di Smokan Inilah salah satu desa adat yang tidak boleh dijadikan destinasi wisata dan smua orang luar yang mencari informasi baik itu belajar, tidak boleh menceritakan atau mempulikasikan berita tentang adat yang ada di Semokan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar